Solusi Lengkap Beasiswa Luar Negeri – Mediamaz Scholar

logo - mediamaz scholar

Mediamaz Scholar

Member Of Mediamaz Group

Fenomena Ageism: Diskriminasi karena Usia

Sobat Meddy, pernahkah kalian mendapat perlakuan yang berbeda dari orang lain hanya karena usia? Perlakuan tidak adil yang kerap terjadi karena usia masih menjadi isu yang berkembang hingga kini. Disebut sebagai fenomena ageism, kejadian ini terjadi di berbagai lingkup masyarakat dan berdampak buruk. Mari kita bahas lebih lanjut terkait hal ini.[1]

Apa itu Ageism?

fenomena ageism
Source : Google Image

Fenomena ageism merujuk pada suatu diskriminasi terhadap seseorang karena usia mereka. Ahli gerontologi, Robert Butler, awalnya menggunakan istilah ini untuk menggambarkan diskriminasi kepada orang tua. Seiring berjalannya waktu, kata tersebut juga digunakan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi pada siapapun, baik pada anak-anak, orang dewasa, atau lansia.[1]

Mudah dan Fleksibel Konsultasi Beasiswa Luar Negeri, WhatsApp Di Sini

Dalam banyak kasus, kelompok lanjut usia adalah kelompok yang paling banyak menjadi sasaran utama. Mereka seringkali mendapat prasangka negatif dari orang lain lantaran usia. Salah satu contoh ageism adalah berpikir bahwa orang tua memiliki pemikiran yang kuno dan tidak bisa beradaptasi dalam lingkungan kerja. Contoh ageism lainnya adalah berasumsi semua anak muda mahir menggunakan teknologi sedangkan orang tua tidak kompeten untuk menggunakannya.[1]

Program Kuliah

Nyaman Study Abroad dengan Visa Pelajar, WhatsApp Di Sini

Media pun kerap menggambarkan mereka sebagai sosok yang perlu dikasihani. Sehingga tercipta stereotip bahwa mereka adalah “beban” dalam keluarga. Sedangkan fenomena ageism yang kerap terjadi pada anak muda adalah pendapat dan ide ditolak karena usia muda dinilai belum tahu apa-apa, atau tidak diberi kesempatan menjalankan tugas tertentu karena masih muda.[1] 

Mengapa Terjadi dan Apa Efek Fenomena Ageism?

Fenomena ini tentunya tidak muncul dari hal-hal yang positif. Ageism lahir dari pandangan keliru tentang karakteristik suatu kelompok sosial, khususnya kelompok usia. Oleh karena itu, kasus ageism pun tidak membawa dampak positif bagi kalangan masyarakat. Sobat Meddy, yuk kita bahas lebih lanjut tentang sebab akibat ageism.[1]

Fenomena Ageism Muncul dari Stereotip Buruk tentang Kelompok Usia

Secara sederhananya, fenomena ini terjadi karena prasangka buruk yang dimiliki orang pada kelompok usia tertentu. Stereotip yang berkembang di masyarakat adalah penyebab utama dari munculnya sebuah prasangka. Seseorang seringkali menilai dan menyamaratakan karakteristik orang lain berdasarkan kelompok sosialnya, misal umur. Hal inilah yang melatarbelakangi mengapa ada ageism. Padahal, belum tentu individu tersebut sama dengan individu lain hanya karena tergolong satu kelompok sosial.[1]

Mimpimu adalah Meraih Beasiswa? Hubungi Meddy Sekarang Melalui WhatsApp untuk Mendapatkan Mentorship Terbaik!

Pola pikir seperti itu telah tertanam di masyarakat umum. Ditambah lagi, seringkali terjadi kesalahan dalam logika berpikir masyarakat, yang disebut dengan Argumentum Ad Populum. Hal ini merujuk pada pemikiran bahwa suatu argumen itu benar karena dipercaya oleh banyak orang. Dengan stereotip buruk tentang kelompok usia tertentu yang dipercayai masyarakat, fenomena ageism pun terus terjadi, dianggap sebagai sesuatu yang normal dan benar.[1]

Buat kamu yang mau dibantu Meddy urus penerjemah dokumen tersumpah, bisa langsung hubungi WhatsApp

Media juga turut melanggengkan hal ini. Banyak iklan, program televisi, hingga film seringkali merepresentasikan karakter berdasarkan stereotip usia yang berkembang di masyarakat. Misalnya, orang tua yang selalu digambarkan lemah dan tidak bisa melakukan apa-apa selain duduk di kursi dan mengeluh tentang sakitnya, atau penggambaran anak muda dengan ceroboh, tidak serius, dan tidak dewasa. Representasi usia dalam media ini jugalah yang membuat masyarakat semakin percaya pada stereotip yang muncul hingga menormalisasi fenomena ageism ini.[1]

Dampak yang Ditimbulkan Fenomena Ageism

Prasangka ini berpengaruh negatif bagi banyak generasi. Salah satunya adalah menciptakan polarisasi dan gap antargenerasi. Kelompok masyarakat akan semakin terkotak-kotakan berdasarkan generasi kelahiran, sehingga dapat memicu ketegangan antargenerasi. Dengan demikian, akan semakin sulit untuk membangun kerja sama antarkelompok. Hal ini bisa terjadi dalam lingkup kerja hingga lingkup masyarakat umum.[1]

Fenomena ageism juga dapat berpengaruh dalam menciptakan diskriminasi di lingkungan kerja, mulai dari aspek perekrutan, promosi, hingga penggajian. Orang-orang yang lebih tua seringkali sulit mencari pekerjaan layak hanya karena batasan usia, padahal beberapa profesi kerap lebih relevan berdasarkan pengalaman dibanding usia. Di sisi lain, kasus ageism juga dapat membuat anak muda dipandang sebelah mata hingga tidak mendapat projek dan gaji yang sesuai hanya karena usia.[1]

Dalam interaksi sosial, prasangka buruk tersebut dapat menyebabkan isolasi sosial hingga menimbulkan perasaan kesepian. Kejadian seperti ini cenderung lebih banyak terjadi pada orangtua. Mereka seringkali diabaikan dalam lingkungan karena dianggap kurang berguna. Hal tersebut tentu akan memberikan dampak buruk pada kesehatan mental mereka dan mengurangi kesejahteraan emosional orang tua.[1]

Tips Menghadapi Fenomena Ageism

Fenomena ini tentu bukanlah sikap yang baik. Kita tidak bisa hanya diam setelah menyadari pengaruh buruk yang terjadi. Ada beberapa tips yang dapat dilakukan dalam keseharian untuk memerangi prasangka buruk ini. Pertama adalah ubah cara pikir dan mindset yang kita miliki tentang usia.[1]

Sebelum berupaya membawa perubahan pada orang lain, kita perlu memastikan bahwa diri kita pun tidak terjerat prasangka ini. Yakinlah bahwa usia bukanlah halangan seseorang untuk produktif, dan karakteristik suatu kelompok usia tidak bisa disamakan dengan karakteristik seseorang. Selain itu, kita juga tidak boleh membiarkan stereotip buruk di sekitar kita mempengaruhi cara pikir kita.[1]

Kedua adalah terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Dengan meningkatkan keterampilan, kita dapat menjadi sosok yang relevan di kalangan masyarakat dan lingkungan kerja. Selain itu, kita perlu banyak membangun koneksi lintas usia dan proaktif membangun dialog bersama mereka. Individu antargenerasi dapat lebih membuka pemikiran dan saling memahami sifat satu sama lain melalui kegiatan tersebut.[1]

Tips lain yang bisa kita lakukan adalah berani memberikan komentar dan feedback pada produk media yang masih sarat akan fenomena ageism. Dengan demikian, orang lain yang tidak tahu pun akan menyadari apa yang terjadi. Keberanian kita dalam bertindak dapat berpengaruh dalam membentuk kesadaran kolektif seputar buruknya hal ini.[1]

Pastikan Perjalananmu Aman dan Lancar dengan Visa Pelajar, WhatsApp Di Sini

Layanan Beasiswa

Baca Juga : Dapatkan Transport dan Visa Gratis Untuk Kamu yang Memanfaatkan 4 Beasiswa Ini. Ingin Coba?

Apa Yang Bisa Meddy Bantu?

Itulah informasi mengenai fenomena ageism yang banyak terjadi di lingkup sosial masyarakat maupun di dunia maya. Tenang saja kalau kamu masih bingung untuk urus persiapan semua dokumennya, kamu bisa hubungi konsultan Meddy untuk gabung Program Kelas Persiapan Luar Negeri yang Tersebar di 20 Negara, konsultasi beasiswa, Kelas TOEFL IBT & ITPIELTS, dan TOEIC di Mediamaz Scholar. Nggak hanya itu, ada juga pelayanan terbaik lainnya dengan jaminan harga termurah se-Indonesia seperti Jasa Penerjemah TersumpahJasa TranslatorJasa Proofreading, dan Jasa SKCK. Yuk, langsung hubungi kami by WhatsApp atau DM Ke Instagram @Mediamazscholar. Thanks ya Sob!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top