Hallo sobat Meddy, kamu tahu siapa KH Agus Salim? Jangan bilang kamu baru pernah denger namanya. Emangnya dulu gak pernah belajar sejarah?
Pengakuan negara lain akan kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran KH Agus Salim. Perannya bermula ketika Agus Salim ditunjuk untuk mewakili Indonesia dalam sebuah perundingan pasca proklamasi kemerdekaan.
Tepatnya pada tanggal 23 Oktober 1945. Dalam perundingan tersebut KH Agus Salim mengemukakan pendapat bahwa Indonesia bukan dari bagian kerejaan Belanda.
Dasar dari argumen tersebut mengacu pada sebuah realitas: kekalahan Belanda dan menyerah kepada Jepang pada tahun 1942. Akibat aksi-aksi diplomatik yang dilakukan oleh KH Agus Salim sampai-sampai beliau mendapatkan julukan The Grand Old Man.
Julukan tersebut tercantum dalam buku H Agus Salim (1884-1945): Tentang Perang, Jihad dan Pluraisme tahun 2014 karya St Sularto, julukan tersebut mengacu pada kepiawaiannya dalam melakukan perundingan dengan negara Arab serta memimpin delegasi Indonesia di forum PBB tahun 1947.
Siapa KH Agus Salim?
KH Agus Salim lahir dari pasangan Soetan Salim dan Siti Zainab. Ayahnya adalah seorang Jaksa Kepala di Pengadilan Tinggi Riau. Sehingga Agus Salim mendapatkan privilege untuk mengenyam pendidikan yang notabene hanya orang-orang terpilih saja yang bisa merasakannya.
Pendidikan dasar Agus Salis ditempuh di Europeesche Lagere School (ELS) yang notabene adalah sekolah khusus untuk anak-anak Eropa. Kemudian pendidikannya dilanjutkan ke Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia.
Ketika Agus Salim lulus, dia berhasil mendapatkan nilai terbaik di HBS se-Hindia Belanda. Karena berhasil menjadi yang terbaik, maka Agus Salim berharap bisa mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan dokter di Belanda. Namun permintaanya ternyata di tolak.
Menolak Beasiswa dari RA Kartini
Penolakan yang diterima oleh Agus Salim ternyata menggerakan hati RA Kartini. Sehingga RA Kartini berusaha untuk mengalihkan beasiswa yang diterimanya untuk KH Agus Salim. Karena menurut RA Kartini, KH Agus Salim layak untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi ke Belanda.
Sedangkan dirinya tidak bisa. Karena mana mungkin seorang puteri yang akan dipingit menjalankan beasiswa yang diberikan oleh pemerintah. Namun respon yang diberikan KH Agus Salim berbeda dengan yang diharapkan. Agus Salim justru menolak tawaran beasiswa tersebut, alasannya adalah ia mendapatkan beasiswa tersebut bukan karena kepitarannya melainkan karena pemberian dari RA Kartini.
Sehingga ia berpikir, apakah karena RA Kartini seorang puteri yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintah lebih berhak untuk mendapatkan beasiswa? Sedangkan dia tidak. Pasca penolakan tersebut, Agus Salim hengkang ke Arab untuk menjadi penerjemah.
Agus Salim Menguasai 7 Bahasa
Dalam usianya yang masih muda, KH Agus Salim berhasil menguasai setidaknya 7 bahasa asing. Ketujuh bahasa asing tersebut adalah bahasa Belanda, Inggris, Arab, Turki, Perancis, Jepang, dan Jerman. Dan Agus Salim memanfaatkan kemampuan bahasa yang ia miliki untuk menjadi seorang penerjemah.
Pada 1906, Agus Salim berangkat ke Jeddah, Arab Saudi, untuk bekerja sebagai penerjemah di konsulat Belanda. Selama menjadi seorang penerjemah, Agus Salim juga memanfaatkannya untuk belajar lebih dalam tentang ajaran Islam sekaligus mempelajari diplomasi. Setelah lima tahun atau tepatnya pada tahun 1911, Agus Salim kembali ke Indonesia dan mendirikan Hollandsche Inlandsche School (HIS).
Agus Salim juga Seorang Jurnalis!
Sedari tahun 1915, KH Agus Salim telah menekuni dunia jurnalistik dengan melakoni jabatan redaktur di Harian Neratja. Setelahnya ia diangkat menjadi ketua redaksi. Kegiatannya selama melakoni dunia jurnalistik berlangsung cukup lama, hingga akhirnya ia berhasil menjadi pemimpin Harian Hinda Baroe di Jakarta.
Ditengah-tengah karir jurnalistiknya, Agus Salim menikah dengan seorang perempuan bernama Zaenatun Nahar dan dikaruniai 8 orang anak. Selama berkarir dalam dunia jurnalistik, Agus Salim juga aktif berorganisasi di Sarekat Islam. Melalui sarekat islam, Agus Salim selalu berjuang bagi rakyat Indonesia.
Seorang Diplomat Ulung!
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, belum banyak negara luar yang mau mengakui kemerdekaan Indonesia, terutama Belanda. Meskipun jalur-jalur diplomasi sudah diusahakan oleh para pejuang bangsa ini. Namun tetap saja, hasrat menjajah negara-negara eropa masih membara.
Guna mendapatkan pengakuan dari negara lain, maka KH Agus Salim diturunkan dalam tim untuk acara-acara perjanjian. Asal kamu tahu aja sobat Meddy, kalau dibalik munculnya perjanjian renville ada KH Agus Salim yang terlibat di dalam pertemuan itu. Tak hanya itu, beliau juga terlibat dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda pada akhir 1949.
Konferensi Meja Bundar menjadi tugas terakhir diplomasi yang dilakoni oleh KH Agus Salim. Setelah pensiun dari segala hiruk pikuk dunia politik di tahun 1953, KH Agus Salim melanjutkan aktivitas menulisnya. Dan berhasil menerbitkan buku dengan judul Bagaimana Takdir, Tawakal, dan Tauchid Harus Dipahamkan?
Sekarang Udah Tau Siapa KH Agus Salim kan?
Itulah sekilas tentang kehidupan KH Agus Salim. Sobat Meddy harus tau ya tokoh penting dalam kemerdekaan Indonesia. Karena dengan cara itulah kita bisa menghargai jasa-jasa para pahlawan terdahulu.
Selain itu, kamu juga bisa meneladani kisah hidupnya KH Agus Salim yang berhasil menguasai 7 bahasa sekaligus. Karena saat ini kemampuan bahasa sangat penting. Apalagi untuk menjalin relasi antar negara.
Kalau saran Meddy kamu harus mulai belajar dan mengasah kemampuan bahasamu, apalagi bahasa Internasional. Karena kamu bakal dapet banyak keuntungan ketika berhasil mengusai bahasa asing.
Nah, kalau sobat Meddy masih banyak pertanyaan atau mau konsultasi belajar bahasa. Jangan ragu untuk hubungi Meddy ya! Kamu harus tau, kalau Meddy selalu ada buat kamu 24/7!